Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (SEC) menggugat Elon Musk, dan menuduh dirinya telah melanggar hukum sekuritas AS karena tidak mengungkapkan kepemilikan lebih dari 5% di Twitter (sekarang X) pada awal 2022.
Dugaan keterlambatan pengungkapan ini memungkinkan Elon Musk membeli saham dengan harga lebih rendah dari seharusnya.
Dugaan Pelanggaran
Dalam pengajuan pada 14 Januari 2025 di pengadilan federal Washington, DC, SEC menyatakan bahwa keterlambatan Elon Musk dalam melaporkan kepemilikan saham Twitter yang membuatnya dapat “melanjutkan pembelian saham dengan harga yang secara artifisial, lebih rendah” dan “membayar kurang $150 juta untuk saham yang dia beli setelah laporan kepemilikan seharusnya diajukan”.
Elon Musk seharusnya mengajukan laporan dalam waktu 10 hari setelah memiliki lebih dari 5% saham perusahaan, tetapi baru mengaukannya setelah 11 hari dari tenggat waktu, yakni pada 4 April 2022. Lalu pada hari yang sama, harga saham Twitter pada saat itu naik hingga 27% dari harga penutupan sehari sebelumnya.
Atas gugatan ini, Elon Musk merespon dengan mengatakan bahwa SEC adalah “Organisasi yang benar-benar rusak” melalui postingannya di X pada 15 Januari.
Ia pun mengkritik fokus SEC pada kasus ini, yang menurutnya merupakan pemborosan sumber daya di tengah “banyaknya kejahatan nyata yang dibiarkan tanpa hukuman.”
Pengacara Musk, Alex Spiro, menyatakan bahwa tindakan SEC ini adalah “kampanye pelecehan multi-tahun terhadap Musk” dan menyebut gugatan ini sebagai “keluhan sepele yang tidak substansial.”
“Musk tidak melakukan kesalahan apa pun, dan semua orang melihat ini sebagai kebohongan,” kata Spiro.
Totally broken organization.
They spend their time on shit like this when there are so many actual crimes that go unpunished.
— Elon Musk (@elonmusk) January 15, 2025