Otoritas Australia berhasil mengungkap jaringan pencucian uang kripto senilai AUD 190 juta yang beroperasi secara terselubung melalui sebuah perusahaan keamanan pengangkut uang tunai.
Operasi ini terkuak setelah penyelidikan intensif selama 18 bulan oleh Satuan Tugas Kejahatan Terorganisir Queensland (QJOCT) yang melibatkan 70 petugas dari berbagai lembaga federal dan negara bagian.
Empat orang telah ditangkap dan dituduh menjalankan skema pencucian uang dengan menyamarkan dana ilegal sebagai pendapatan sah.
Perusahaan keamanan tersebut diduga mencampurkan uang hasil kejahatan dengan pendapatan bisnis legal, lalu mengalirkannya melalui perusahaan promosi, dealer mobil klasik, dan sejumlah bursa kripto.
Dalam prosesnya, satu tersangka teridentifikasi telah mencuci sekitar AUD 9,5 juta selama 15 bulan. Polisi juga menyita aset senilai AUD 13,6 juta yang diduga berasal dari aktivitas kriminal.
Kasus ini menyoroti dilema teknologi blockchain, yang meski transparan dan terdesentralisasi, kripto tetap menjadi celah bagi para pelaku kejahatan finansial.
Chainalysis melaporkan lebih dari USD 100 miliar dalam kripto berpindah dari dompet ilegal ke layanan konversi sejak 2019 hingga pertengahan 2024.

Meski para pelaku semakin canggih menggunakan mixer, protokol DeFi, dan jembatan lintas-chain untuk menyamarkan jejak transaksi, transparansi blockchain tetap menjadi alat kuat bagi penegak hukum untuk melacak arus dana ilegal.
Beberapa bulan terakhir memang marak terjadi kejahatan yang berhubungan dengan kripto, mulai dari upaya penculikan di prancis, hingga peculikan pendiri ledger.