Bursa kripto MEXC melaporkan lonjakan aktivitas penipuan hingga 200% pada kuartal pertama 2025 dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Laporan triwulanan MEXC mengungkapkan bahwa 80.057 upaya penipuan terorganisir berhasil diidentifikasi dari lebih dari 3.000 sindikat. Aktivitas penipuan tersebut mencakup manipulasi pasar, wash trading, dan penggunaan bot perdagangan otomatis yang menipu pengguna melalui eksekusi perdagangan yang tidak adil.
India tercatat sebagai wilayah dengan jumlah akun mencurigakan terbanyak, hampir 27.000 akun. Wilayah Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS) berada di posisi kedua dengan 6.404 akun, diikuti Indonesia dengan 5.603 akun yang ditandai. Menurut Chief Operating Officer MEXC, Tracy Jin, lonjakan ini dipicu oleh maraknya penipuan rekayasa sosial yang menjebak para pengguna baru. “Tahun 2025 semakin didominasi oleh manipulasi pasar yang direkayasa secara sosial, berbeda dengan DeFi exploit pada 2021,” kata Jin.
Jin juga menyoroti tren “grup edukasi” palsu yang sebenarnya merupakan taktik terkoordinasi untuk menipu pengguna baru. MEXC menilai bahwa rendahnya tingkat literasi kripto menjadi akar dari peningkatan aktivitas penipuan ini, membuat pengguna baru rentan terhadap berbagai jebakan dan manipulasi finansial.
Temuan MEXC ini sejalan dengan laporan insiden lain di semester pertama 2025, termasuk seorang lansia yang kehilangan $330 juta Bitcoin dalam penipuan rekayasa sosial. Sementara itu, Coinbase pada Mei 2025 juga mengungkapkan terjadinya kebocoran data yang berdampak pada 70.000 pengguna, meski tidak ada dana atau kunci privat yang dicuri. Namun, pendiri TechCrunch Michael Arrington memperingatkan bahwa kebocoran data tersebut berpotensi membahayakan keselamatan fisik investor dengan membeberkan informasi kontak mereka.
Temuan ini memperkuat urgensi akan pendidikan dan kewaspadaan para pengguna kripto untuk mencegah mereka menjadi korban berikutnya.