Pendiri Telegram, Pavel Durov, akhirnya angkat bicara soal penangkapannya di Prancis pada Agustus 2024 lalu.
Dalam wawancara eksklusif bersama Tucker Carlson yang tayang di YouTube, Durov mengungkap kebingungannya atas tindakan hukum yang ia alami, dan menyebut bahwa Telegram tidak melakukan pelanggaran apa pun.
Durov ditangkap di Bandara Bourget, Paris, dan didakwa dengan enam tuduhan serius, termasuk pencucian uang, keterlibatan dalam aktivitas kriminal, dan menyediakan layanan kripto tanpa izin.
Ia juga dituduh menolak permintaan hukum dari otoritas Prancis serta membiarkan penyebaran konten ilegal melalui Telegram. Jika terbukti bersalah, Durov terancam hukuman hingga 10 tahun penjara.
Namun, menurut Durov, tuduhan tersebut tidak berdasar. Ia menegaskan bahwa Telegram diaudit oleh firma akuntansi Big Four, patuh hukum di hampir 200 negara, dan menginvestasikan jutaan dolar setiap kuartal untuk kepatuhan hukum. Ia juga menyebut otoritas Prancis tidak mengikuti prosedur hukum yang tepat saat mengajukan permintaan informasi.
Carlson menilai penahanan ini sebagai bentuk penghinaan publik, dan mempertanyakan diamnya para pejuang kebebasan sipil. Dukungan pun datang dari komunitas TON, dengan lebih dari 9 juta pengguna Telegram menandatangani petisi menuntut pembebasan Durov.
Telegram kini menjadi salah satu aplikasi pesan terbesar di dunia, dengan lebih dari satu miliar pengguna aktif bulanan per Maret 2025.