Penasihat Bank Sentral Eropa (ECB), Jürgen Schaaf, menyuarakan keraguan bahwa mata uang digital bank sentral (CBDC) saja akan cukup untuk menandingi dominasi stablecoin yang dipatok dolar AS. Dalam unggahan blog di situs web ECB, Schaaf menguraikan berbagai opsi strategis bagi Uni Eropa untuk menghadapi pesatnya pertumbuhan stablecoin berbasis dolar.
Schaaf menekankan bahwa stablecoin yang diatur dan dipatok euro mungkin menjadi respons utama Uni Eropa, bukan hanya euro digital. Ia berpendapat bahwa stablecoin berbasis euro, jika dirancang dengan standar tinggi dan mitigasi risiko yang efektif, dapat memenuhi kebutuhan pasar yang sah dan memperkuat peran internasional euro. Hal ini kontras dengan pandangan beberapa studi sebelumnya yang menyoroti tingkat adopsi stablecoin berbasis Eropa yang lambat, meskipun kerangka kerja seperti MiCA telah berupaya mempromosikannya.
Lebih lanjut, Schaaf melihat euro digital sebagai salah satu bagian dari strategi pembayaran digital yang lebih besar. Ia menggarisbawahi peran inovasi swasta dan aplikasi teknologi buku besar terdistribusi (DLT) sebagai pilar pelengkap untuk menjaga kedaulatan moneter Eropa. Pada awal Juli, ECB telah menyetujui dua proyek percontohan DLT, Pontes dan Appia, yang bertujuan memperkuat infrastruktur pembayaran grosir domestik dan lintas batas Eropa.
Pernyataan Schaaf ini menunjukkan bahwa Eropa mempertimbangkan pendekatan multi-pronged untuk merespons kepemimpinan stablecoin AS, alih-alih hanya berfokus pada satu inisiatif seperti euro digital. Kekhawatiran Eropa terhadap dominasi teknologi keuangan digital AS meningkat setelah Presiden AS Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang bertujuan memperkuat kedaulatan dolar AS melalui promosi stablecoin pada Januari lalu. Dewan Gubernur ECB akan memutuskan apakah akan melanjutkan ke fase berikutnya persiapan euro digital pada akhir 2025.