Kesulitan menambang Bitcoin sedikit menurun menjadi sekitar 126,4 triliun pada pertengahan Juni, setelah mencetak rekor tertinggi 126,9 triliun di akhir Mei. Meski angka ini hanya turun tipis, beban ekonomi bagi para penambang tetap terbilang berat.
Mereka kini menghadapi kombinasi tantangan: imbalan blok yang dipotong setengah sejak halving April 2024, biaya operasional yang meningkat, dan kompetisi yang makin ketat karena hashrate jaringan yang melonjak secara drastis.
Namun, di tengah tekanan ini, beberapa perusahaan tambang Bitcoin yang terdaftar di bursa justru memilih untuk ekspansi dan mempertahankan hasil tambangnya sebagai aset cadangan perusahaan. MARA, salah satu pemain besar di industri ini, melaporkan peningkatan produksi sebesar 35% di bulan Mei dengan hasil hingga 950 BTC.
Hebatnya, mereka tidak menjual satu pun Bitcoin dari hasil penambangan tersebut, sehingga total cadangan mereka naik menjadi 49.179 BTC, menjadikannya salah satu dari daftar pemegang Bitcoin terbesar di dunia.
Sementara itu, CleanSpark, perusahaan tambang publik yang fokus pada energi bersih, juga mencatatkan kinerja positif. Mereka berhasil menambang 694 BTC di bulan Mei, naik 9% dibanding April. CleanSpark juga meningkatkan kekuatan hashrate mereka menjadi 45,6 EH/s, tumbuh 7,5% secara bulanan.
Fenomena penambang besar yang memilih menimbun atau tetap hold Bitcoin ini menandai pergeseran strategi dari menjual ke menahan, sebagai bentuk keyakinan jangka panjang terhadap nilai BTC dan keberlanjutan bisnis mereka.