Para pedagang kripto saat ini lebih memilih strategi perdagangan jangka pendek untuk memanfaatkan keuntungan cepat, di tengah ketidakpastian akibat kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump. Arrash Yasavolian, CEO dan pendiri platform perdagangan berbasis AI Taoshi, menyebut bahwa volatilitas yang dipicu oleh berita utama seperti tarif perdagangan, membuat pasar keuangan menjadi jauh lebih sulit diprediksi.
Dalam wawancaranya dengan Cointelegraph, Yasavolian mengatakan bahwa perilaku pedagang telah berubah secara signifikan. “Saat ini, banyak pedagang cenderung langsung mengambil keuntungan sesegera mungkin, alih-alih membiarkan posisi terbuka terlalu lama. Ini terjadi karena kepercayaan pada arah pasar—apakah naik atau turun—menjadi semakin tipis,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa strategi intraday atau harian kini menjadi norma di Taoshi, seiring upaya mengurangi risiko di tengah kondisi pasar yang tidak pasti. Meskipun gejolak awal akibat tarif sudah sedikit mereda dan pasar mulai pulih, ketidakpastian tetap membayangi. Investor kripto pun masih mencermati negosiasi perdagangan antara AS dan China dengan harapan tercapainya kesepakatan yang dapat memicu reli harga altcoin dan Bitcoin.
Kabar baik muncul pada 25 Mei lalu ketika Trump menunda pemberlakuan tarif untuk barang-barang dari Uni Eropa hingga 9 Juli mendatang. Langkah ini langsung direspon positif oleh pasar kripto, dengan harga Bitcoin melonjak lebih dari 3% dalam sehari. Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, menyatakan kesiapan Eropa untuk mempercepat pembicaraan perdagangan.
Namun demikian, sejumlah analis menilai kemajuan yang terlihat ini masih bersifat sementara. Mereka memperingatkan bahwa banyak dari narasi positif dalam negosiasi lebih ditujukan untuk pencitraan politik daripada penyelesaian nyata.
