Pendiri Telegram, Pavel Durov, batal menghadiri secara langsung Oslo Freedom Forum di Norwegia setelah pengadilan Prancis menolak permohonannya untuk bepergian. Forum yang diselenggarakan oleh Human Rights Foundation (HRF) ini dikenal sebagai ajang penting untuk membahas hak asasi manusia dan kebebasan individu. Meski begitu, HRF memastikan Durov tetap menyampaikan pidato utamanya melalui siaran langsung.
Thor Halvorssen, pendiri dan CEO HRF, menyayangkan keputusan pengadilan Prancis yang menolak kehadiran fisik Durov. “Sangat disayangkan pengadilan Prancis menghalangi kehadiran Durov dalam acara yang sangat membutuhkan suaranya,” ujar Halvorssen.
Durov, yang terkenal vokal mendukung kebebasan berbicara, baru-baru ini menuduh pejabat intelijen Prancis memintanya untuk menyensor konten politik konservatif di Telegram menjelang pemilu presiden Rumania. Durov menyatakan dengan tegas menolak permintaan tersebut, menulis di Telegram pada 18 Mei, “Anda tidak bisa ‘membela demokrasi’ dengan menghancurkannya. Anda tidak bisa ‘melawan campur tangan pemilu’ dengan ikut campur dalam pemilu.”
Dalam cuitannya di platform X pada hari yang sama, Durov membeberkan nama pejabat yang diduga terlibat. “Musim semi ini di Salon des Batailles, di Hôtel de Crillon, Nicolas Lerner, kepala intelijen Prancis, meminta saya memblokir suara konservatif di Rumania menjelang pemilu. Saya menolak,” tegasnya.
Durov menegaskan bahwa Telegram tidak akan pernah memblokir konten politik, bahkan jika itu berarti harus hengkang dari pasar tertentu. Ia menyebut permintaan tersebut sebagai pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan prinsip kebebasan berbicara yang menjadi fondasi Telegram.
