Bursa saham AS anjlok tajam pada Jumat (13/6), menyusul eskalasi konflik militer antara Israel dan Iran yang memicu kenaikan harga minyak dan membuat investor menarik diri dari aset berisiko. Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 1,79%, S&P 500 merosot 1,13%, dan Nasdaq kehilangan 1,30%.
Konflik memanas setelah Israel melancarkan serangan terhadap fasilitas nuklir dan rudal Iran pada Kamis malam, yang dibalas dengan serangan rudal dari Iran selama jam-jam terakhir sesi perdagangan AS pada Jumat. Respons cepat pasar terlihat dari lonjakan harga minyak mentah Brent yang melonjak lebih dari 7%, bahkan sempat melonjak 14% selama jam perdagangan Asia, sementara minyak mentah WTI mendekati $74 per barel.
Saham-saham terkait minyak dan pertahanan menikmati kenaikan, dengan ExxonMobil naik sekitar 2%, dan perusahaan pertahanan Lockheed Martin serta RTX masing-masing naik sekitar 3%. Emas juga menguat 1,4% menjadi $3.432 per ons, mendekati rekor tertingginya pada April. Penjualan besar-besaran ini mengakhiri pekan yang seharusnya positif bagi ekuitas global.
Pasar global lainnya turut merasakan dampaknya. Pasar saham Eropa dan Asia mencatat kerugian lebih dari 1%. Imbal hasil obligasi Treasury AS naik, dengan obligasi 10-tahun naik 7,9 basis poin menjadi 4,436%, membalikkan penurunan sebelumnya yang disebabkan oleh permintaan aset aman. Dolar AS juga rebound, menguat 0,5%.
Presiden Trump mendesak Iran untuk kembali ke meja perundingan nuklir, memperingatkan konsekuensi lebih lanjut setelah tenggat waktu 60 hari terlampaui. Sementara itu, Iran membatalkan negosiasi yang telah direncanakan dengan AS. Secara ekonomi, indeks sentimen konsumen Universitas Michigan naik tajam menjadi 60,5 pada Juni, melampaui perkiraan dan menunjukkan pandangan konsumen yang tangguh meskipun ada ketidakpastian geopolitik. Investor kini dihadapkan pada risiko inflasi baru dari kenaikan harga minyak dan ketidakpastian seputar tindakan Federal Reserve di masa depan.