Platform derivatif kripto Hyperliquid mengalami net outflows lebih dari $256 juta dalam 30 jam terakhir setelah muncul laporan keterlibatan hacker Korea Utara (DPRK) di platform tersebut.
Peneliti kemanan MetaMask, Tay Monahan, melaporkan bahwa hacker yang terafiliasi dengan DPRK telah aktif pada platform Hyperliquid sejak bulan Oktober 2024. Namun pihak Hyperliquid meyangkal adanya eksploitasi atau kehilangan dana pengguna.
“aware of reports circulating regarding activity by supposed DPRK addresses. There has been no DPRK exploit – or any exploit for that matter – of Hyperliquid. All user funds are accounted for.”
Tay Monahan juga menyoroti bahwa infrastruktur Hyperliquid terlalu terpusat, hanya berpegang dengan 4 validator. Karena pernyataanya, ia dianggap menebar FUD, meskipun di sisi lain banyak peneliti keamanan yang mendukungnya.
Kekhawatiran akan ancaman dari peretas Korea Utara ini muncul karena mereka sangat berbahaya. Mereka, termasuk Grup Lazardus, telah mencuri $1,3 miliar kripto tahun ini, dua kali lipat dari pencapaian mereka tahun lalu.
Pseudonymous developer Cygaar menyebutkan ada dua cara jika Korea Utara menyerang Hyperliquid. Pertama, Circle dapat melakukan blacklist wallet yang menyimpan USDC mencurigakan sehingga bisa dibekukan dan tidak bisa mencairkan dana. Kedua, jaringan Arbitrum dapat memutar ulang blockchain untuk menghentikan kerugian, meskipun ini merupakan langkah agresif yang hanya bisa dilakukan jika ada ancaman yang sangat serius.
Berita ini sempat membuat harga token $HYPE turun 20% dari $35 hingga $28 pada 22 Desember kemarin.