Akhir pekan ini dipenuhi oleh 2 kontroversi besar di pasar kripto. Dengan adanya 2 memecoin besar yang peluncurannya turut dipromosikan oleh sosok yang menjadi “meme”-nya, yakni Donald Trump, dan Melania Trump, istrinya, yang peluncurannya dilakukan secara berturut-turut dan telah meningkatkan net-worth mereka secara signifikan.
Kontroversi ini dimulai pada 18 Januari 2025, token Official Trump (TRUMP) diluncurkan dan diposting langsung oleh akun sosial media Trump sendiri. Kapitalisasi pasar token $TRUMP langsung melonjak secara drastis dalam hitungan menit setelah postingan tersebut diunggah.
Kemudian, sehari setelah euforia yang menimbulkan kontroversi tersebut, sebuah memecoin yang didukung oleh Melania Trump, diluncurkan dengan ticker $MELANIA, dan semakin memicu berbagai komentar dan kritik keras dari berbagai pihak.
Menariknya, peluncuran token $MELANIA yang merupakan istri trump, justru seolah menjadi ancaman bagi token $TRUMP. Tidak lama setelah $MELANIA diluncurkan, harga $TRUMP langsung anjlok 40%.
Meski demikian, performa token $MELANIA tampaknya tidak se-agresif token $TRUMP, $MELANIA berhasil mencapai ATH di $13 miliar namun langsung turun hampir setengahnya ke $7,3 miliar.
Kritik dari Berbagai Pihak
Banyak pihak yang mengkritik tindakan Trump dan keluarganya terkait memecoin ini. Para analis dan pengamat menyebut langkah ini sebagai tindakan yang “tidak etis” dan berorientasi pada keuntungan materi semata.
Jim Bianco, Presiden Bianco Research, menyebut langkah ini sebagai bentuk keserakahan setelah kesuksesan besar $TRUMP.
Edward Dowd, pendiri Phinance Technologies, menyebut aksi ini sebagai “kesalahan terbesar yang pernah dibuat sebelum pelantikan presiden.”
Michael A. Gayed, analis keuangan, menyebut $TRUMP sebagai skema “pump and dump” yang merusak kredibilitas Trump.
Selain kritik dan tanggapan tersebut, ada beberapa dugaan manipulasi mneurut José Maria Macedo, salah satu pendiri Delphi Labs. Ia menduga peluncuran $MELANIA adalah upaya untuk memperbesar keuntungan setelah tim peluncuran $TRUMP gagal memaksimalkan potensi kenaikan harga.
Menurut dirinya, keserakahan ini “dapat menghancurkan nilai pasar senilai $30 miliar” dan mengubah presepsi publik menjadi “murni manipulasi” dan kemungkinan ada pelanggaran hukum.