Coinbase kembali menghadapi gugatan class-action dari investor yang mengklaim kerugian akibat anjloknya harga saham perusahaan pasca kebocoran data pengguna. Gugatan yang diajukan oleh investor Brady Nessler di Pengadilan Federal Pennsylvania pada 22 Mei lalu menyebutkan bahwa pelanggaran kesepakatan dengan regulator Inggris, Financial Conduct Authority (FCA), serta kebocoran data pelanggan, memicu penurunan tajam nilai pasar saham Coinbase.
Coinbase sendiri mengungkapkan bahwa kebocoran data ini terjadi pada pertengahan Mei, di mana beberapa agen dukungan pelanggan disuap untuk memperoleh akses ke sistem internal. Perusahaan bahkan menerima upaya pemerasan sebesar $20 juta, sementara kerugian akibat insiden ini diperkirakan bisa mencapai $400 juta. Saham Coinbase (COIN) sempat turun 7,2% pada 15 Mei menjadi $244, meski akhirnya naik 9% ke level $266 keesokan harinya.
Selain itu, gugatan juga menyoroti pelanggaran kesepakatan sukarela antara Coinbase UK dengan FCA pada tahun 2020, yang melarang Coinbase menerima nasabah berisiko tinggi. FCA menjatuhkan denda sebesar $4,5 juta pada Juli 2024 setelah Coinbase dilaporkan tetap melayani lebih dari 13.000 pelanggan berisiko. Akibatnya, saham Coinbase anjlok 5% menjadi $231,52.
Nessler mengklaim bahwa ia dan investor lain akan berpikir ulang sebelum membeli saham Coinbase jika mengetahui fakta pelanggaran ini sejak awal. Gugatan ini diajukan untuk mewakili seluruh investor yang membeli saham Coinbase sejak IPO pada April 2021 hingga 14 Mei 2025, dan mereka meminta ganti rugi serta sidang juri. CEO Coinbase, Brian Armstrong, dan CFO Alesia Haas juga turut menjadi pihak tergugat.