Harga Bitcoin (BTC) dengan cepat melonjak kembali ke level $106.000 pada Senin, setelah sempat merosot di bawah $98.500 pada hari Minggu menandai penurunan pertama dalam 45 hari terakhir. Pemulihan ini didorong oleh meredanya ketegangan di Timur Tengah menyusul pengumuman “gencatan senjata total” antara Israel dan Iran oleh Presiden AS Donald Trump. Kini, para investor mempertimbangkan apakah Bitcoin mampu menembus $110.000 atau masih menghadapi risiko penurunan.
Meskipun terjadi volatilitas, pasar derivatif Bitcoin tetap stabil. Penurunan harga 4.4% dalam 12 jam terakhir bukanlah hal yang mengkhawatirkan secara historis, mengingat kejadian serupa telah terjadi tiga kali dalam 30 hari terakhir. Namun, sebagian trader khawatir konflik berkepanjangan di Iran dapat membebani ekonomi global dan mendorong investor untuk mengambil sikap yang lebih hati-hati.
Di sisi lain, penurunan hashrate Bitcoin sebesar 8% antara Minggu dan Kamis memicu spekulasi mengenai gangguan pada operasi mining di wilayah tersebut. Meskipun ada dugaan operasi mining tidak resmi di Iran, para analis menekankan bahwa fluktuasi hashrate yang tajam bukanlah hal yang tidak biasa, seringkali terkait dengan pengurangan sementara pasokan listrik di Amerika Serikat, seperti yang terjadi pada April 22 ketika hashrate anjlok 27% akibat badai di Texas dan Oklahoma.
Kabar baik lainnya datang dari pasar keuangan, di mana harga minyak anjlok dan indeks S&P 500 menguat. Hal ini memperkuat keyakinan trader akan kemungkinan Federal Reserve AS (Fed) akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat. Peluang The Fed mempertahankan suku bunga 4.25% hingga November telah turun drastis menjadi 8.4%, sementara kemungkinan suku bunga turun menjadi 3.75% atau lebih rendah meningkat menjadi 53%. Rebound cepat Bitcoin di atas $100.000 menunjukkan minat institusional yang kuat, bahkan di tengah ketegangan global.